Kita dan Jakarta

Di bawah awan abu-abu
Dan panasnya sinar matahari
Rangkaian masih berpadu
Bernyanyi-nyanyi, menari-nari

Lagi-lagi hari penuh dimaki
Dari satu kesialan ke kesialan lain
Rasanya sulit tuk usai
Yang ada kekesalan jadi makin-makin

Kita dan Jakarta
Mengumpatnya bilang merana
Padahal perut mudah terisi
Padahal semua tinggal pilih satu jari

Bila ini-itu tapi tetap tutup mata
Hanya mau bicara saja
Buru-buru tutup telinga
Seolah Jakarta hanya beri derita